Tanggal 7 Februari kemarin dilaksanakan resepsi peringatan 1 abad Nahdlatul Ulama yang dilaksanakan di Sidoarjo tepatnya di Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Menurut panitia total lebih dari 5 juta peserta yang hadir untuk mengikuti keseluruhan kegiatan tersebut. Rangkaian kegiatannya sudah mulai dilaksanakan sejak akhir tahun kemarin dan puncaknya adalah pada tanggal 7 Februari kemarin.
Bagi siapa pun yang mengidentifikasi diri sebagai bagian
dari nahdiyin jelas sangat excited mengikuti kegiatan ini. Ini adalah acara
sekali seumur hidup bagi jutaan peserta yang hadir di Sidoarjo karena tidak
akan mungkin dapat merasakan peringatan 2 abad nanti. Sehingga kegiatan tanggal
7 Februari kemarin adalah sesuatu yang sangat spesial sekali.
Aku bukanlah orang yang mengenal Nahdlatul Ulama atau
biasa kita sebut NU sejak muda dulu. Secara teknis aku mengenal dan belajar
terkait NU baru dimulai 7 tahun lalu saat aku berkuliah di Surabaya. Saat awal
berkuliah sebagai seorang anak ingusan yang baru lulus SMA jelas ada ambisi
untuk tidak hanya sukses akademis di perkuliahan tetapi juga sukses dalam
pembelajaran eksternal dalam hal ini melalui organisasi. Kebetulan saat itu aku
diperkenalkan dengan organisasi PMII atau Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
Melalui PMII itulah awal mula perkenalanku dengan NU.
Aku juga bukanlah kalangan NU struktural karena secara
teknis orang tuaku adalah fungsionaris dan pengurus organisasi Muhammadiyah di
daerah asalku. Walaupun almarhum Bapakku tumbuh besar di Banyuwangi yang kental
dengan tradisi NU, namun saat berkuliah di Universitas Muhammadiyah Malang
beliau mulai berkecimpung dan akhirnya menjadi fungsionaris dari organisasi
Muhammadiyah itu sendiri. Itulah yang menjadikan keluargaku di awal lebih lekat
dengan tradisi dan ritus dari Muhammadiyah.
Namun orang tuaku bukanlah orang yang kolot dan
memaksakan kehendak. Beliau saat tahu diriku bergabung dengan PMII dan menjadi
simpatisan NU tidak pernah marah atau memprotes pilihanku. Kami tetap harmonis
walaupun ada perbedaan ritus dan pandangan karena berbeda organisasi. Bahkan
adekku akhirnya mondok di Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Pacet, Mojokerto
yang notabene adalah salah satu pondok modern Nahdlatul Ulama. Menurut beliau
mau itu NU maupun Muhammadiyah tidak masalah yang paling penting dan utama ya
jangan lupakan ibadah kepada Allah SWT. Percuma dong mengaku si paling NU atau
Muhammadiyah kalau ternyata justru malah melupakan hakikat utama kita untuk
beribadah kepada Allah SWT dan malah mengedepankan kepentingan dunia.
Satu hal lagi yang patut disyukuri dari mengenal NU
adalah sudah 2 tahun almarhum Bapakku meninggal dunia tapi aku dan adikku
bahkan Ibuku masih rutin mengirimkan bacaan yasin dan tahlil untuk beliau. Jadi
walaupun beliau pengurus Muhammadiyah tapi masih tetap mendapat barokah bacaan
yasin dan tahlil dari warga NU hehehe.
Menjemput abad kedua ini semakin banyak tantangan yang
akan dihadapi organisasi ini. Tahun depan adalah tahun politik sehingga banyak
kelompok lain jelas berkepentingan untuk menarik NU ke dalam persaingan politik
utamanya sebagai basis suara. Mulai dari partai – partai yang mengidentifikasi
diri sebagai satu kesatuan dengan NU sampai tokoh – tokoh besar yang entah
bagaimana langsung jadi anggota salah satu banom dan promosi diri kesana kemari
membawa nama NU. Sikap yang dipilih pengurus PBNU saat ini cukup baik untuk
tidak terlibat politik praktis dan fokus pada pengembangan organisasi utamanya
bidang pendidikan dan SDM kader. Namun pastinya menuju 2024 sebagai basis masa
yang besar pasti ada saja pihak yang nantinya menarik NU atau setidaknya
mengklaim diri sebagai pihak yang mewakili suara NU.
Sebagai bagian dari NU kultural dan kebentulan juga ikut
di struktural walaupun saat ini ditinggal merantau, besar harapanku bahwa NU
dapat mentraformasikan institusi pendidikan dan kesehatannya menjadi lebih
modern dan dapat bersaing. Sehingga di era yang penuh persaingan ini NU dapat
terus mengikuti perkembangan zaman ke depannya dan memberikan kontribusi yang
lebih lagi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selamat
Memperingati Harlah 1 Abad NU 2023/1444 Hijriah “Mendigdayakan Nahdlatul Ulama
Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru”.
0 comments:
Silahkan Bacot