Apa yang kutuliskan disini adalah materi saat aku mengisi kegiatan Sekolah Kaderisasi yang diadakan oleh PMII Komisariat Bela Negara UPN “Veteran” Jawa Timur. Kuunggah disini agar lebih banyak lagi orang yang bisa membaca dan mengetahuinya. Isinya menyesuaikan pengalaman pribadiku dalam kegiatan kaderisasi serta menyesuaikan keadaan dan kearifan lokal
PMII Komisariat Bela Negara adalah organisasi pengkaderan
yang berfokus untuk membentuk kader menjadi insan yang loyal dan
berintelektualitas. Dalam prosesnya ada jenis – jenis kaderisasi yang perlu
dilakukan untuk meraih tujuan tersebut. Aku sendiri mengelompokkan kaderisasi
tersebut menjadi tiga jenis. Pertama kaderisasi formal yang dilakukan dengan
kegiatan resmi, wajib untuk dilaksanakan oleh seluruh komisariat PMII di
Indonesia dan ada unsur pembaiatan di dalam kegiatannya. Lalu yang kedua ada
kaderisasi non formal yang dilakukan dengan kegiatan – kegiatan yang tidak
resmi namun wajib dan penting untuk membentuk loyalitas dan intelektualitas.
Serta yang terakhir adalah kaderisasi informal yang dilakukan dengan kegiatan
resmi namun tidak wajib dilakukan karena menyesuaikan kebutuhan masing – masing
komisariat dan tidak ada unsur baiat didalamnya.
Kaderisasi formal dalam kasus Komisariat Bela Negara
selama ini berfokus pada tiga kegiatan yaitu MAPABA (Masa Penerimaan Anggota
Baru), PKD (Pelatihan Kader Dasar) dan PKL (Pelatihan Kader Lanjutan). Diluar
ketiga kegiatan itu masih ada PKN (Pelatihan Kader Nasional) namun dalam
konteks Komisariat aku tidak memasukkan ini karena aku sendiri belum pernah
mengikuti kegiatan itu hehehe.
Dalam pemahamanku setelah berproses di PMII selama ini
MAPABA adalah gerbang awal dimana kita sebagai pengurus entah di tingkat
fakultas (rayon) maupun universitas (komisariat) membuat mahasiswa – mahasiswa
baru yang tadinya awam dengan PMII menjadi tahu tentang PMII yang sebenarnya.
Hasilnya mereka akan secara resmi menjadi anggota PMII. Lalu ditahapan
selanjutnya anggota yang serius dalam berproses di PMII akan mengikuti kegiatan
kaderisasi formal berikutnya yaitu PKD untuk membentuk mereka menjadi kader
yang berani dan bertanggung jawab. Setelah mengikuti PKD ini maka anggota tadi
sudah resmi menjadi kader PMII. Kader yang punya keinginan berproses di rayon,
komisariat ataupun organisasi internal lain di kampus sebisa mungkin harus
sudah mengikuti kegiatan PKD mengingat beratnya tanggung jawab ke depan yang
akan diembannya. Terakhir bagi mereka yang berminat dapat didorong untuk
mengikuti PKL sehingga nantinya siap tempur dan diterjunkan ke berbagai bidang
utamanya bagi yang akan melanjutkan untuk berproses ke cabang.
Kaderisasi formal itu penting namun menurutku ada proses
yang lebih penting lagi dalam membentuk loyalitas dan intelektualitas kader.
Proses tersebut adalah kegiatan kaderisasi nonformal. Di Komisariat Bela Negara
ada beberapa kegiatan yang dapat dikategorikan dalam kaderisasi nonformal.
Kegiatan itu adalah kajian rutin, ngopi, diskusi/acara, silaturahmi dan
refreshing.
Kajian rutin adalah kegiatan dimana kita mengkaji
berbagai macam isu dalam suatu kegiatan dengan mengundang pemateri yang
kompeten sesuai bidang apa yang dikaji. Kegiatan ini dilakukan untuk
meningkatkan intelektualitas dari anggota maupun kader yang ada. Dalam
prosesnya juga dapat mendorong soft skill yang lain mulai dari kemampuan
berbicara di depan umum serta kemampuan menyampaikan pendapat dengan baik dan
runtut. Komisariat Bela Negara membagi kegiatan kajian ini menjadi dua yaitu
kajian keilmuan yang dihandle oleh rayon sedangkan kajian umum dilakukan oleh
komisariat. Dengan begitu tidak terjadi overlaping kegiatan ini antara rayon
dan komisariat.
Ada juga kegiatan ngopi dimana kita dapat berdiskusi
dengan kader dan anggota dengan lebih santai diluar forum yang biasa dilakukan
di warung kopi. Dalam kegiatan ini banyak hal yang bisa kita bahas mulai dari
politik, ekonomi, hukum, agama, internasional bahkan konspirasi atau hal – hal
lainnya. Dalam kegiatan kajian rutin mungkin tidak semua kader dan anggota bisa
mengutarakan gagasannya karena suatu hal. Namun dalam kegiatan ngopi ini
mungkin mereka bisa lebih bebas dan leluasa dalam bertukar pikiran sambil
menyeruput kopi atau minuman lain hehehe. Salah satu senior pernah menyampaikan
bahwa ngopi itu adalah akronim dari ngobrol pintar. Tapi jika kita ingin
mendapat manfaat yang baik dari kegiatan ini ya saat ngopi dan bertukar pikiran
mohon gadgetnya dipinggirkan terlebih dahulu. Jangan sampai saat ngopi yang
dilakukan hanya terpaku pada layar gadgetnya masing – masing dan sibuk sendiri
tanpa ada diskusi dan pembicaraan yang bermanfaat.
Ada juga kegiatan acara dan diskusi yang bisa dilakukan
secara rutin dalam kaderisasi nonformal. Yang termasuk dalam kegiatan ini bisa
termasuk acara peringatan hari besar baik nasional maupun keagamaan yang banyak
sekali di Indonesia. Kegiatan seperti ini selain sebagai bentuk peringatan juga
sebagai bentuk silaturahmi serta diskusi antar kader dan anggota di dalamnya.
Selain itu juga terdapat pembelajaran bagi para kader dan anggota untuk
mengkonsep dan menjalankan suatu acara. Yang jelas aku sih yakin masih lebih
banyak sisi positifnya dibandingkan negatifnya dari kegiatan ini.
Kegiatan silaturahmi juga bisa digencarkan dalam bagian
kaderisasi non formal ini. Silaturahmi yang dimaksud adalah seperti menyambangi
senior atau pun rumah sesama kader dan anggota. Melalui kegiatan ini kita dapat
mendapat ilmu lebih dari senior yang mungkin sulit kita dapatkan di kegiatan
lain. Lalu kita juga dapat lebih memahami kondisi kehidupan kader dan anggota
beserta keluarganya agar nantinya lebih efektif lagi dalam meramu formula
kaderisasi yang tepat per individu. Selain itu refreshing mungkin diperlukan
dalam bagian kaderisasi kita. Kita bisa mengajak kader dan anggota kita untuk
mengunjungi tempat – tempat baru ataupun tempat wisata secara bersama – sama.
Mungkin selama ini mereka jenuh dengan kehidupan kampus yang padat sehingga
kegiatan ini juga sangat baik sebagai selingan. Tapi perlu diingat bahwa
refreshingnya secara bersama – sama ya antar semua kader dan anggota jangan
hanya berdua saja apalagi berbeda jenis kelamin hehehehe.
Selain kaderisasi formal dan nonformal adapula kegiatan
kaderisasi informal. Seperti yang sudah kuutarakan di atas bahwa kegiatan ini
tidak wajib untuk dilakukan tiap komisariat atau rayon. Harus melihat tingkat
kebutuhan dan urgensinya sebelum mengadakan kegiatan ini. Salah satu contoh
kegiatan informal yang pernah dilakukan di Komisariat Bela Negara adalah
Sekolah Aswaja dan Sekolah Kaderisasi. Pengurus mengadakan kegiatan tersebut
karena dirasa hal itu dibutuhkan oleh kader dan anggota serta Komisariat Bela
Negara masih memiliki kekurangan di bidang itu sehingga dirasa perlu untuk
diadakan. Jangan latah asal buat kegiatan hanya karena gengsi melihat
komisariat atau rayon lain membuat kegiatan tersebut. Ujung – ujungnya jika
hanya bermodalkan gengsi dan latah belaka hasilnya nanti tidak akan maksimal ke
proses kaderisasi kita.
Namun menurutku diluar ketiga jenis kaderisasi tadi masih
ada beberapa yang juga tidak kalah penting dalam proses kaderisasi. Yang
pertama adalah rumah sebagai basis pergerakan dan kaderisasi. Rumah disini
adalah sekretariat untuk komisariat dan rayon yang digunakan sebagai basis
utama dari kaderisasi itu sendiri. Tanpa adanya rumah penurus jelas akan
kesulitan dalam melakukan kaderisasi. Namun yang perlu diingat kita semua
adalah untuk mengfungsikan sekretariat tadi sebagai basis pergerakan dan
kaderisas. Jangan hanya dijadikan tempat numpang transit dan tidur belaka ya !
Yang kedua adalah logistik sebagai modal untuk seluruh kegiatan kita. Logistik
disini adalah pendanaan karena jelas bahwa tanpa pendanaan yang jelas seluruh
kegiatan atau rencana yang sudah dibuat pasti sulit dijalankan. Saat ini PMII
khususnya di Komisariat Bela Negara mengandalkan pendanaan dari swadaya baik
dari senior maupun kader dan anggota. Kita harus mendesain kegiatan yang betul
– betul menghasilkan manfaat yang maksimal karena pastinya setiap senior, kader
dan anggota yang menginfak kan rejekinya untuk organisasi ingin apa yang dia
berikan itu bermanfaat untuk organisasi yang dicintainya. Jadi jangan asal dan
boros dalam menggunakan logistik ini. Lalu yang terakhir dan paling penting
adalah semangat sebagai bahan bakar dalam berproses. Karena pastinya saat semua
sudah terpenuhi namun SDM nya tidak dilandasi semangat dalam prosesnya jelas
semuanya akan sia – sia belaka.
Mungkin banyak yang memiliki pandangan berbeda atau
contoh kasus yang lain terkait kaderisasi. Bahkan akibat pandemi covid 19
mungkin lansekap kaderisasi di organisasi mahasiswa banyak mengalami perubahan
juga. Namun besar harapanku sedikit tulisanku ini bisa menjadi bahan bagi kita
semua untuk membentuk kader – kader yang semakin baik dan tercerahkan lagi.
SALAM PERGERAKAN !!!!!
0 comments:
Silahkan Bacot