Oleh
Hutama Muhammad Anhar
Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun 2024 ekonomi Indonesia berhasil tumbuh 5,03% dengan nilai produk domestik bruto sebesar Rp. 22.139 Triliun. Banyak sektor yang menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 salah satunya di sektor ekspor – impor. Ekspor Indonesia pada tahun 2024 berhasil mencapai USD 264,70 miliar dan impor sebesar USD 233,66 miliar. Diatas kertas Indonesia berhasil mencapai surplus perdagangan sebesar USD 31,04 miliar.
Meskipun
demikian, struktur ekonomi Indonesia masih menyisakan permasalahan mendasar.
Ekspor didominasi oleh komoditas bahan mentah yang memiliki nilai tambah rendah.
Sedangkan impor sebagian besar berupa bahan baku industri dan kebutuhan pangan.
Kondisi ini menunjukkan adanya potensi ketergantungan jangka panjang terhadap
impor yang dapat melemahkan kemandirian ekonomi nasional.
Dampak ketergantungan impor terlihat nyata di wilayah
perbatasan Indonesia – Malaysia, khususnya di Kabupaten Nunukan, Kalimantan
Utara tempat asal dari penulis. Daerah ini masih sangat bergantung pada pasokan
Malaysia untuk berbagai kebutuhan strategis seperti beras, gula, tepung, bahan
bakar minyak (BBM), gas elpiji, hingga bahan baku industri kecil. Situasi ini
tidak hanya mempengaruhi stabilitas harga, tetapi juga mengurangi kedaulatan
ekonomi masyarakat perbatasan.
Apabila diberi amanah sebagai Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, langkah prioritas yang akan ditempuh adalah penguatan produksi domestik
di perbatasan. Pertama, melakukan investasi pertanian modern, khususnya komoditas
pangan strategis seperti beras, jagung dan hortikultura. Hal ini penting untuk
mengurangi ketergantungan pasokan pangan dari Malaysia. Kedua, Kabupaten
Nunukan memiliki potensi perikanan yang melimpah, namun sebagian besar hasil
tangkapan masih diekspor mentah ke Malaysia. Revitalisasi perlu dilakukan dengan
memperkuat armada perikanan berkapasitas lebih besar agar nelayan dapat menjangkau
perairan luas, termasuk Laut Sulawesi dan wilayah perbatasan Ambalat. Upaya ini
selain meningkatkan produksi juga berkontribusi pada penguatan kedaulatan.
Ketiga, mendorong penguatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui
program pelatihan, akses pembiayaan bunga rendah serta perbaikan jalur
distribusi. Dengan demikian, UMKM perbatasan dapat menjadi penopang ekonomi lokal
sekaligus subtitusi produk impor.
Selain strategi prioritas, terdapat langkah pendukung
yang perlu dijalankan. Pertama hilirasi sumber daya alam (SDA) karena Nunukan
dikenal sebagai penghasil kelapa sawit dan rumput laut. Selama ini, sebagian
besar produk tersebut diekspor dalam bentuk bahan mentah. Dengan hilirisasi, komoditas
dapat diolah menjadi produk setengah jadi atau jadi di wilayah setempat, sehingga
menghasilkan nilai tambah ekonomi sekaligus membuka lapangan pekerjaan. Kedua,
Pemerintah perlu juga membatasi dominasi produk Malaysia di pasar perbatasan
melalui kebijakan tarif, regulasi distribusi, serta dukungan subsidi bagi
produk lokal. Kebijakan ini harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas
produksi dalam negeri agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi. Ketiga,
peningkatan infrastruktur menjadi prasyarat penting. Perbaikan pelabuhan laut,
bandara, jaringan jalan, gudang penyimpanan dan cold storage akan
memperkuat rantai pasok dan menurunkan biaya distribusi di wilayah perbatasan.
Keberhasilan kebijakan penguatan ekonomi perbatasan
memerlukan kolaborasi multipihak. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor
swasta harus bersinergi untuk membuka pasar baru bagi produk perbatasan. Selain
itu, diperlukan edukasi publik agar masyarakat perbatasan lebih mengutamakan
konsumsi produk lokal melalui kampanye nasional seperti “Bangga Buatan
Indonesia”.
Monitoring dan evaluasi diperlukan untuk memastikan
efektivitas program. Pemerintah dapat membetuk task force lintas kementerian/lembaga
yang melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian
Perdagangan, pemerintah daerah, Bea Cukai serta aparat keamanan. Target
pengurangan impor kebutuhan pokok di perbatasan perlu ditetapkan secara
bertahap, disertai transparansi data agar masyarakat dapat melihat perkembangan
nyata dari kebijakan pemerintah.
Penguatan ekonomi perbatasan merupakan kunci dalam
mengurangi ketergantungan impor Indonesia. Kabupaten Nunukan berpotensi menjadi
proyek percontohan (pilot project) kemandirian ekonomi di perbatasan,
khususnya dalam konteks hubungan Indonesia – Malaysia. Jika strategi ini
dijalankan secara konsisten, kemandirian ekonomi nasional tidak hanya terwujud
di pusat, tetapi juga mengakar kuat di daerah perbatasan.
Ditulis sebagai tugas
mata kuliah matrikulasi Bela Negara Magister Manajemen UPN “Veteran” Jawa Timur
Diposting pada https://nunukanmelati.blogspot.com


0 comments:
Silahkan Bacot