JANTE ARKIDAM
Karya Ajib Rosidi
Sepasang mata biji saga (1)
Tajam tangannya lelancip gobang
Berebahan tubuh-tubuh lalang dia tebang
Arkidam, Jante Arkidam
Karya Ajib Rosidi
Sepasang mata biji saga (1)
Tajam tangannya lelancip gobang
Berebahan tubuh-tubuh lalang dia tebang
Arkidam, Jante Arkidam
Dinding tembok hanyalah tabir embun` (2)
Lunak besi di lengkungannya
Tubuhnya lolos di tiap liang sinar
Arkidam, Jante Arkidam
Di penjudian, di peralatan (3)
Hanyalah satu jagoan
Arkidam, Jante Arkidam
Malam berudara tuba (4)
Jante merajai kegelapan
Disibaknya ruji besi pegadaian
Malam berudara lembut (5)
Jante merajai kalangan ronggeng
Ia menari, ia ketawa
‘mantri polisi lihat ke mari! (6)
Bakar mejajudi dengan uangku sepenuh saku
Wedanan jangan ketawa sendiri!
Tangkaplah satu ronggeng berpantat padat
Bersama Jante Arkidam menari
Telah kusibak rujibesi!’
Berpandangan wedana dan mantripolisi (7)
Jante, Jante; Arkidam!
Telah dibongkarnya pegadaian malam tadi
Dan kini ia menari!’
‘Aku, akulah Jante Arkidam (8)
Siapa berani melangkah kutigas tubuhnya
Batang pisang,
Tajam tanganku lelancip gobang
Telah kulipat rujibesi’
Diam ketakutan seluruh kalangan (9)
Memandang kepada Jante bermata kembang
Sepatu
‘mengapa kalian memandang begitu? (10)
Menarilah, malam senyampang lalu!’
Hidup kembali kalangan, hidup kembali (11)
Penjudian
Jante masih menari berselempang selendang
Diteguknya sloki kesembilanlikur
Waktu mentari bangun, Jante tertidur
Kala terbangun dari mabuknya (12)
Mantripolisi berada di sisi kiri
‘Jante, Jante Arkidam, Nusa Kambangan!’
Digisiknya mata yang sidik (13)
‘Mantripolisi, tindakanmu betina punya!
Membokong orang yang nyenyak’
Arkidam diam dirante kedua belah tangan (14)
Dendamnya merah lidah ular tanah
Sebelum habis hari pertama (15)
Jante pilin ruji penjara
Dia minggat meniti cahya
Sebelum tiba malam pertama (16)
Terbenam tubuh mantripolisi di dasar kali
‘Siapa lelaki menuntut bela? (17)
Datanglah kala aku jaga!’
Teriaknya gaung di lunas malam (18)
Dan Jante berdiri di atas jembatan
Tak ada orang yang datang
Jante hincit menikam kelam
Janda yang lakinya terbunuh di dasar kali (19)
Jante datang ke pangkuannya
Mulut mana yang tak direguknya (20)
Dada mana yang tidak diperasnya?
Bidang riap berbulu hitam
Ruastulangnya panjang-panjang
Telah terbenam beratus perempuan
Di wajahnya yang tegap
Betina mana yang tak ditaklukkannya? (21)
Mulutnya manis jeruk Garut
Lidahnya serbuk kelapa puan
Kumisnya tajam sapu injuk
Arkidam, Jante Arkidam
Teng tiga di tangsi polisi (22)
Jante terbangun ketiga kali
Diremasnya rambut hitam janda bawahnya
Teng kelima di tangsi polisi (23)
Jante terbangun dari lelapnya
Perempuan berkhianat, tak ada di sisinya
Berdegap langkah mengepung rumah
Didengarnya lelaki menantang:
‘Jante, bangun! Kami datang jika kau jaga!’
‘Datang siapa yang jantan (24)
Kutunggu di atas ranjang’
‘Mana Jante yang berani (25)
Hingga tak keluar menemui kami?’
‘Tubuh kalian batang pisang (26)
Tajam tanganku lelancip pedang’
Menembus genteng kaca Jante berdiri di atas atap (27)
Memandang hina pada orang yang banyak
Dipejamkan matanya dan ia sudah berdiri di atas tanah
‘hei, lelaki matabadak lihatlah yang tegas
Jante Arkidam ada di mana?’
Berpaling seluruh mata kebelakang (28)
Jante Arkidam lolos dari kepungan
Dan masuk ke kebun tebu
‘Kejar jahanam yang lari!’ (29)
Jante dikepung lelaki satu kampong (30)
Dilingkung kebun tebu mulai berbunga
Jante sembunyi di lorong dalamnya
‘Keluar Jante yang sakti!’ (31)
Digelengkannya kepala yang angkuh (32)
Sekejap Jante telah bersanggul
‘Alangkah cantik
perempuan yang lewat (33)
Adakah ketemu Jante di dalam kebun?’
‘Jante tak kusua barang seorang (34)
Masih samar, di lorong dalam’
‘Alangkah Eneng bergegas (35)
Adakah yang diburu?’
‘Jangan hadang jalanku (36)
Pasar kan segera usai!’
Sesudah jauh Jante dari mereka (37)
Kembali dijelmakannya dirinya
‘Hei lelaki sekampung bermata dadu (38)
Apa kerja kalian mengantuk di situ?’
Berpaling lelaki ke arah Jante (39)
Ia telah lolos dari kepungan
Kembali Jante diburu (40)
Lari dalam gelap
Meniti muka air kali
Tiba di persembunyiannya.
Adakah ketemu Jante di dalam kebun?’
‘Jante tak kusua barang seorang (34)
Masih samar, di lorong dalam’
‘Alangkah Eneng bergegas (35)
Adakah yang diburu?’
‘Jangan hadang jalanku (36)
Pasar kan segera usai!’
Sesudah jauh Jante dari mereka (37)
Kembali dijelmakannya dirinya
‘Hei lelaki sekampung bermata dadu (38)
Apa kerja kalian mengantuk di situ?’
Berpaling lelaki ke arah Jante (39)
Ia telah lolos dari kepungan
Kembali Jante diburu (40)
Lari dalam gelap
Meniti muka air kali
Tiba di persembunyiannya.
Apresiasi puisi Jante Arkidam
A. Tema =
ketangguhan, kelicikan, dan
kejahatan seorang preman
B. Isi =
ketangguhan, kelicikan dan kejahatan seorang
preman yang selalu berhasil lolos dari
kejaran polisi dan wedana.
C. maksud/makna lambang=
v dinding tembok seperti tabir embun --> dinding tembok seperti tabir embun; tipis, mudah untuk ditembus
v memandang kepada Jante,
bermata kembang sepatu --> melihat secara
takut
v 'mantripolisi, tindakanmu
betina punya! '--> kelakuan polisi ketika
menangkap Jante dianggap pengecut,
karena menangkapnya sewaktu tidur.
v terbenam tubuh mantripolisi di
dasar kali --> polisi itu dibunuhnya dan dibuang
dalam kali.
v tubuh kalian batang pisang,
tajam tanganku lelancip pedang = karena kesaktiannya,
jante menganggap remeh polisi dan orang-orang yang igin menangkapnya.
D. amanat =Janganlah kita terus – terusan berbuat jahat, segera bertobatlah dan
jangan terus menghindar dan semakin banyak menambah kesalahan.
E. gaya bahasa
v Personifikasi
-tubuh kalian batang pisang
-tajam tanganku lelancip pedang
- malam berudara tuba
- malam berudara lembut.
-waktu mentari bangun
-mulutnya manis jeruk garut
-lidahnya serbuk kepala puan
-kumisnya tajam sapu ijuk
-lelaki sekampung bermata dadu
-janda
v Eufimisme
-jante merajai kalangan ronggeng
-janda
v Sarkasme
-kejar jahanam yang lari!
v Sinekdoke totem proparte
-jante dikepung lelaki satu kampung
-telah kulipat rujibesi
-dendamnya merah lidah ular tanah
0 comments:
Silahkan Bacot