Beberapa waktu terakhir berita dan kehebohan di negara kita selalu terkait minyak goreng. Entah bagaimana minyak goreng bisa langka di negara penghasil CPO terbesar di dunia. Kalo melihat di sosmed masyarakat kita ternyata bisa menggila karena minyak goreng. Saat ini yang langka baru minyak goreng, bayangkan jika beras yang langka pasti bakalan terjadi revolusi di Indonesia.
Akan tetapi di Nunukan yang notabene adalah daerah pinggiran minyak goreng ternyata tidak langka. Hanya saja suplai pasokannya datang dari negara tetangga Malaysia dengan harga sekitar 25 ribu per liter. Pada saat yang sama di wilayah lain Indonesia muncul minyak goreng seharga 14 ribu tetapi pasokannya langka. Namun baru - baru ini setelah aturan minyak 14 ribu dicabut dan harga melambung jadi 23 ribu tiba - tiba minyak goreng tidak langka lagi.
Sebagai warga Nunukan tentu aku harus berterima kasih kepada Malaysia yang karena kemurahan hatinya barang - barang kebutuhan pokok bisa masuk ke Nunukan ini. Apa sih barang di Nunukan yang bukan dari Malaysia ? Selain minyak goreng juga ada gula bahkan LPG yang dipasok dari Malaysia. Harganya memang lebih mahal dari produk Indonesia. Tetapi konsumen disini lebih mengutamakan keandalan pasokan dibandingkan harga. Lebih baik produk Malaysia yang agak mahal tapi pasokan lancar dibandingkan produk Indonesia yang murah tapi pasokan seret salah satu contohnya ya minyak goreng tadi walaupun barangnya mahal tetapi ada wujudnya dibandingkan minyak goreng 14 ribu dari Indonesia yang bahkan hingga aturan itu dicabut wujudnya belum pernah ada di Nunukan.
Untuk LPG pun kurang lebih begitu masalahnya. Dulu 100 % LPG berasal dari Malaysia hingga akhirnya LPG melon 3 kg pertamina datang menyerang dengan kedok konversi minyak tanah. Memang harganya murah meriah dibanding LPG Malaysia akan tetapi orang harus selalu antri untuk mendapatkannya bahkan beberapa kali terjadi kelangkaan LPG 3 kg. Ada juga LPG pertamina non subsidi sudah masuk ke Nunukan, hanya saja peminatnya tidak sebanyak LPG Malaysia karena LPG pertamina sering kosong stoknya. Kalo ditanya harga jelas LPG Malaysia lebih mahal dibanding LPG Indonesia. Harga LPG Malaysia sekitar 270 - 280 ribu saat ini bahkan saat terjadi lockdown covid di Malaysia waktu itu harga bisa mencapai 300 an ribu. Bayangkan dengan LPG Indonesia subsidi dan non subsidi harganya jauh dibawah itu sayangnya pasokan selalu kurang dan tidak cukup.
Yang agak susah mungkin bensin karena memang pada dasarnya bensin petronas lebih mahal dari punya pertamina. Tapi akhir - akhir ini pasokan bensin ke Nunukan agak ngadat sehingga membuat antrian pembeli mengular berjam - jam. Bahkan untuk beli pertamax pun harus antri padahal itu bensin non subsidi dan harganya jauh diatas premium dan pertalite. Kemarin aku antri sejak pukul 9 pagi dan baru mendapat bensin pukul 2 siang. Heran rasanya kenapa barang dari Indonesia selalu sulit di dapatkan mulai dari minyak goreng, LPG dan sekarang bensin. Lebih herannya lagi pemerintah selalu menyalahkan masalah rantai pasok sebagai biang kerok. Tetapi dari pemerintah sebelumnya juga selalu menyalahkan hal yang sama. Logikanya kalau masalahnya sudah diketahui berarti penyelesainnya akan lebih mudah dilakukan. Berarti yang bodoh siapa kalau masalah yang sama bertahun - tahun bahkan sampai ganti presiden pun gak beres - beres.
Kan aneh Nunukan dan juga Kalimantan menghasilkan produk sawit dan minyak bumi tapi harus ngantri untuk mendapatkannya. Selama aku kuliah di Jawa tak pernah sekali pun antri untuk beli bensin, apalagi kalo belinya bensin pertamax jelas tak ada antrian hingga berjam - jam. Minyak goreng pun begitu walaupun disini ada pasokan dari Malaysia tapi jika ada produk minyak goreng 14 ribu dari pemerintah pastinya itu akan sangat membantu masyarakat. LPG subsidi pun seperti itu, kalau memang kuotanya sudah sesuai dengan penerimanya maka kalau ada pihak - pihak yang menyelewengkan tentu harus ditindak. Kasihan masyarakat yang berhak menerima harus antri dan menunggu lama hanya untuk dapat barang subsidi. Dulu masalah seperti ini terjadi di daerah pinggiran macam Nunukan mungkin wajar dengan alasan jauh dan lain sebagainya, tapi kalau sudah terjadi secara nasional bahkan di Jawa yang biasanya selalu tersedia pasokannya tidak seperti di Nunukan ini maka pastinya sudah menunjukkan ketidakmampuan pemerintah mengelola rantai pasokan barang.
Aku sih cuman heran aja kok bisa kejadian seperti ini di Indonesia. Ini baru minyak goreng lalu kemarin ada batubara dan kedelai yang langka jika nanti sudah merembet ke gula, beras dan barang lainnya kita patut khawatir warga yang kelaparan bisa saja berbuat beringas untuk memenuhi kebutuhannya.
0 comments:
Silahkan Bacot