Thursday, August 8, 2019

Opini : Lebay Mati Lampu di Pulau Jawa


Opini : Lebay Mati Lampu di Pulau Jawa
Lebay Mati Lampu di Pulau Jawa

            Hai sahabat semua setelah 2 tahun akhirnya aku berkesempatan lagi nih nulis opini – opini pribadiku di blog ini. Akhir – akhir ini kita heboh dengan peristiwa mati lampu di wilayah Pulau Jawa. Linimasa twitter dan sosial media lainnya penuh dengan bahasan mati lampu. Media cetak maupun elektronik juga penuh dengan bahasan ini.

            Penyebab mati lampu ini terjadi akibat gangguan pada sirkuit tegangan transmisi sutet 500 kv di Ungaran, Jawa Tengah. Akibatnya listrik di wilayah Jabodetabek, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah padam pada Minggu (4/8) lalu. Mati listrik ini dialami lebih dari 22 juta pelanggan PLN di Pulau Jawa dan mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar Rp 90 miliar. Bahkan lebih lanjut Menko Perekonomian menyebut 30% ekonomi RI terdampak mati lampu tersebut. Dan perkembangan terbaru PLN akan memberikan kompensasi akibat mati listrik tersebut bagi 22 juta pelanggannya bahkan wacananya gaji pegawai PLN akan dipotong untuk memberikan kompensasi bagi pelanggan. Presiden Jokowi pun memberikan atensi khusus untuk masalah ini.
            Melihat penjelasan tersebut rasanya memang pantas PLN memberikan kompensasi dan pelanggannya semua marah dan menumpahkannya di linimasa sosial media. Tetapi saya pribadi melihat bahwa respon pelanggan di Pulau Jawa ini lebay dan melihat PLN pilih kasih terhadap pelanggannya. Kenapa saya katakan demikian karena saya merasa orang – orang ini belum pernah merasakan kondisi listrik kurang sehingga mengalami pemadaman listrik rutin bahkan sama rutinnya dengan jadwal minum obat.
            Saya tinggal di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Kondisi listrik disini jauh dari prima seperti di Pulau Jawa. Tapi yang saya heran mengapa PLN tidak pernah memberikan kompensasi bagi pelanggannya disini. Saya rasa masalah mati listrik sudah jadi hal lumrah bukan hanya di Nunukan tapi juga wilayah lain di luar kawasan Jawa – Bali.
            Saya ingat beberapa tahun yang lalu Nunukan mengalami krisis listrik super parah. Mungkin orang – orang di Pulau Jawa belum pernah merasakan yang seperti itu. Kami mengalami pemadaman listrik bergilir bukan cuman sehari seperti di Pulau Jawa tapi mati listrik dengan jadwal 12 jam nyala 12 jam mati. Lalu ada perbaikan menjadi sehari nyala sehari mati. Lalu menjadi 2 hari nyala 1 hari mati. Dan menjadi seminggu nyala 1 hari mati. Saat itu benar – benar waktu yang sangat sulit. Ekonomi terganggu, aktifitas sehari – hari terganggu, fasilitas kesehatan harus bergantung dengan genset, anak – anak kesulitan belajar dan banyak lagi. Lucunya kami cuman bisa menikmati listrik normal hanya saat diadakannya ujian nasional saja. Selebihnya kembali lagi ke jadwal pemadaman bergilir. Hampir seluruh warga Nunukan dipastikan hafal jadwal pemadaman bergilir. Kalau di rumah saya Ibu yang biasanya hafal jadwalnya hehehe.
            Saat itu sistem kelistrikan Nunukan ditunjang oleh PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)  Sei Bilal. Sudah dayanya kurang dari kebutuhan seharusnya mesinnya juga sering sekali rusak. Nah baru pada tahun 2013 dilakukan pembangunan PLTMG (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Gas) Sebaung senilai Rp 164 miliar dengan daya sebesar 2 x 5 MW. Pembangkit ini dibangun di Sebaung di daratan Kalimantan dekat dengan sumber gasnya. Listrik dibawa ke Nunukan melalui kabel listrik bawah laut. Selain itu kabel bawah laut ini juga diteruskan ke Pulau Sebatik. Terciptalah sistem kelistrikan Sebaung – Nunukan – Sebatik. Begitu pembangkit ini rampung banyak mesin diesel di Nunukan dan Sebatik dikirim ke kawasan pedalaman untuk memberikan pelayanan listrik disana. Semenjak saat itu kawasan Nunukan tidak mengalami pemadaman lagi. Tampaknya semua sudah normal tapi orang lupa bahwa saat ekonomi bertumbuh maka kebutuhan akan listrik juga bertumbuh. Saya ingat pernyataan Presiden Jokowi bahwa pertumbuhan daya listrik harus lebih besar dari pertumbuhan ekonomi agar tidak terjadi kekurangan daya. Begitu pula di Nunukan dari daya yang tadinya berlebih karena pertumbuhan yang pesat menjadi pas – pas an. Ditambah lagi beberapa tahun berakhir PLTMG Sebaung mengalami masalah dikarenakan tekanan gas yang tidak stabil dari sumbernya mengakibatkan mesin mengalami gangguan. Akibatnya sudah bisa diketahui semua bahwa pemadaman listrik menjadi rutinitas lagi. Bahkan kata orang tua saya sebelum saya pulang ke Nunukan ini mati lampunya lebih sering dan lama. Sekarang seminggu hanya 2x dengan durasi paling lama 3 jam. Tapi tetap saja itu merugikan.
            Saat saya bersekolah di Samarinda disana juga mengalami kendala yang sama. Sistem kelistrikan Mahakam yang melayani wilayah Samarinda – Balikpapan – Kutai Kartanegara – Bontang juga sering mengalami pemadaman. Saya sering menginap di rumah Paklek saya di Balikpapan dan melihat bagaimana seringnya mati lampu dan itu sangat mengganggu ekonomi masyarakat terutama Paklek saya yang memiliki bisnis laundry. Dan banyak lagi wilayah di Kalimantan ataupun Indonesia timur mengalami kondisi yang sama.
            Pada zaman Bapak SBY sebagai Presiden pasti kalian pernah dengar program listrik 10.000 MW yang dibangun bahkan sampai 2 tahap. Program ini dilakukan untuk mengejar kekurangan daya listrik Indonesia. Akan tetapi, masih ada tapinya nih pembangkit dengan daya ribuan MW kebanyakan di bangun di Pulau Jawa kalau kalian lihat daftar proyeknya. Zaman Bapak Jokowi ini juga ada program yang sama yaitu 35.000 MW disadari atau tidak program Bapak Jokowi ini lebih merata dibandingkan zaman Bapak SBY dulu. Untuk Kalimantan Utara sendiri ada pembangunan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di Bulungan lalu ada pula pembangunan PLTMG di Nunukan juga. Dan ada rencana pembangunan PLTA terbesar di Indonesia di Kalimantan Utara.
            Saya pribadi cukup kaget melihat respon masyarakat terhadap mati listrik di Jawa kemarin. Apalagi melihat komentar para petinggi asosiasi pengusaha yang sangat merasa dirugikan. Banyak komentar memaksa PLN memberikan kompensasi. Pemerintah pun mendesak PLN dan sekarang seperti kita tahu PLN akan memberikan kompensasi sesuai Peraturan Menteri ESDM nomor 27 Tahun 2017. Yang saya heran kita ini konsumen diluar Jawa mengalami mati listrik rutinan sampai hari ini kenapa tidak pernah dapat kompensasi ??? Kenapa saat Jawa mengalami padam seperti kemarin lalu langsung diberi kompensasi ??? Apa yang dianggap pelanggan PLN hanya yang ada di Pulau Jawa saja. Jika kata para petinggi asosiasi pengusaha mengatakan kompensasi harus diberikan karena mengganggu aktifitas ekonomi, apakah di luar Jawa ini tidak ada aktifitas ekonomi sehingga tidak perlu diberi kompensasi ??? Saya heran saja sampai sekarang dengan perlakuan yang berbeda ini. Membaca berita dan melihat sosial media semakin membuat saya heran. Apa orang – orang ini sama sekali tidak memikirkan kami saudara – saudaranya yang tinggal di luar Jawa yang tidak menerima pelayanan listrik sehandal Jawa ???
            Makanya menurut saya pribadi jika 22 juta pelanggan di Jawa bakal mendapat kompensasi, para pelanggan PLN di luar Jawa yang sampai sekarang masih mengalami pemadaman bergilir dengan berbagai alasannya PLN itu seharusnya juga mendapat kompensasi yang layak. Karena kita kan sama – sama pelangan dan sama – sama dilindungi UU Perlindungan Konsumen nomor 8 Tahun 1999 yang haknya dijamin disana. Sedangkan kewajiban sebagai pelanggan pastinya selalu dipenuhi untuk membayar tagihan. Hingga saat ini saya tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. Kemarin saya berkesempatan berkunjung ke Seimanggaris salah satu kecamatan di Kabupaten Nunukan. Disana listrik malah hanya menyala selama 6 jam diwaktu malam. Biaya per kwh listrik yang dibayar ya jelas sama dengan pelanggan lain di Indonesia. Logikanya seharusnya biaya per kwh mereka setengah dari biaya yang dibayar pelanggan yang meneriman pelayanan 24 jam non stop.
            Tapi hingga saat tulisan ini dibuat sistem kelistrikan paling handal dan terintegrasi di Indonesia adalah sistem Jawa – Bali – Madura. Segera menyusul dalam waktu dekat sistem kelistrikan Sumatera. Sedangkan yang lainnya masih terpecah – pecah dengan sistem masing – masing. Harapan kami yang tinggal diluar Jawa – Bali – Madura dan Sumatera agar sistem kelistrikan di tempat kami juga diinterkoneksikan sehingga pelayanan kepada kami semakin handal. Kita semua tetap berharap pelayanan PLN semakin baik dan selalu mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saya rasa itu harapan semua rakyat Indonesia kan !!!!  

Previous Post
Next Post

Penyuka Korea yang lagi berjuang meraih mimpi

0 comments:

Silahkan Bacot