Monday, June 23, 2014

Tujuan Dibalik Ketegasan dan Agresifitas Seorang Daendels sebagai Tugas Project SMAN 10 Samarinda



Tujuan Dibalik Ketegasan dan Agresifitas Seorang Daendels
          Di masa modern ini mungkin kita berpikir bahwa apa yang dilakukan Gubernur Jenderal Herman Williem Daendels adalah upaya massif pemaksaan terhadap rakyat untuk membangun pertahanan Pulau Jawa dari serangan Kerajaan Inggris.
            Tentu kita pahami dinamika politik Eropa saat itu dimana pecah perang Napoleon antara Negara – Negara koalisi yang digawangi Kerajaan Inggris melawan Kekaisaran Perancis yang saat itu dipimpin Napoleon Bonaparte. Mari kita lihat kondisi Kerajaan Belanda saat itu. Di musim dingin tahun 1795 Perancis berhasil menduduki dan menguasai Kerajaan Belanda sehingga membuat William V dari Belanda beserta keluarganya lari menuju pengasingan di Inggris.

            Belanda di bawah Perancis jelas perlu melindungi wilayahnya serta koloni – koloninya termasuk Pulau terkayanya Jawa. Untuk melindungi koloni terkayanya ini Belanda yang dibawah Perancis bernama “Republik Bataav” harus memilih orang yang tepat untuk melindungi Jawa dari ancaman Inggris dan Negara koalisi. Maka pilihan tersebut jatuh ke tangan Herman Williem Daendels. Gubernur Jenderal Daendels diangkat pada tahun 1808 adalah sosok paling terinspirasi secara langsung oleh gagasan revolusioner Perancis.
            Menurut P.B.R Carey dalam tulisannya The Power of Prophey : Prince Diponegoro and The End of an Old Order in Java (2007) bahwa “Dia membawa serta  semua kekejaman dan determinasi yang menjadi cirri khas dari karier politik dan militernya pada masa lalu ke dalam jabatan barunya itu” (Carey 2007 : 131).
            Saat pertama kali tiba di Batavia, Daendels cukup terkejut karena ternyata Pulau Jawa memiliki infrastruktur dan sistem pertahanan yang buruk. Padahal Jawa adalah pulau yang sangat kaya. Maka dari itu Daendels mengumumkan proyek – proyek untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Proyek – proyek itu diantaranya membangun benteng – benteng baru di Pulau Jawa, membangun pabrik dan gudang senjata baru di Pulau Jawa, serta membangun jalan raya dari Anyer hingga Panarukan untuk mempermudah mobilisasi.
            Kebijakan pembangunan jalan ini biasa kita kenal sebagai Jalan Raya Pos (The Grote Postweg). Kebijakan ini membuatnya terkenal karena upayanya merancang dan membangun Jalan Raya Pos. Jalan Raya Pos, sebuah jalan yang menghubungkan kota – kota di pantai utara Jawa. Dibangun mulai dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Jalan ini bertahan 206 tahun hingga saat ini. Proyek ini yang membuat Daendels dikenang di Indonesia hingga sekarang.
            Selain kebijakan fisik yang ia jalankan untuk melindungi Jawa dari serangan Inggris. Tiga tahun masa pemerintahannya (1808-1811) ia telah meletakkan dasar bagi sebuah birokrasi modern di Jawa (Carey 2007 : 131). Salah satu tujuan Daendels menciptakan sistem birokrasi modern di Jawa adalah karena selama ini di bawah rezim VOC yang notabene adalah perkongsian dagang jelas lebih mementingkan kepentingan dagang dan meraup keuntungan daripada mengatur birokrasi pemerintahan.
            Daendels juga berusaha menekan kepentingan para bangsawan feudal seperti menghapus aturan-aturan setoran kepada para bangsawan feudal sehingga setoran tersebut langsung masuk ke kas pemerintah kolonial. Selain memperbaiki birokrasi Jawa yang tadinya carut marut menjadi modern, Daendels juga menjalankan kebijakan untuk mengisi kas negara kolonial yaitu dengan memperluas kebijakan tanam paksa kopi yang sebelumnya hanya di wilayah Priangan, Jawa Barat diperluas ke wilayah-wilayah Jawa lainnya.
            Daendels memerintah Jawa dengan dengan kebijakan yang tegas dan agresif. Hal ini menyebabkan banyak petinggi di Belanda menjadi gerah dengan sepak terjang Daendels di Indonesia. Mereka melihat Daendels terlalu keras dalam memimpin negara jajahan. Oleh karena memerintah secara keras, akhirnya Daendels dipanggil pulang ke negeri Belanda dan digantikan oleh Gubernur Jenderal Jansen.
            Kehadiran Gubernur Jenderal Jansen di Batavia ternyata kurang member manfaat. Ia bukan ahli strategi seperti Daendels. Gubernur Jenderal Jansen ternyata tidak sekuat Daendels dalam memerintah dan mempertahankan Pulau Jawa. Akhirnya pada tanggal 8 Agustus 1811 pasukan angkatan laut Inggris dengan mudah memasuki Batavia dan menggempur habis-habisan pasukan Belanda. Akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1811 Belanda menyerah kepada Inggris dan Pulau Jawa dapat ditaklukan.
            Segala kebijakan dan pembangunan yang dilakukan Daendels tampak sia-sia karena ketidakbecusan Jansen. Dewasa ini kita mengenal Daendels sebagai sosok kejam yang rela mengorbankan nyawa rakyat Jawa untuk menyelesaikan segala perintah dan kebijakannya. Namun berkat Daendels rakyat Jawa dapat mengenal sistem perekonomian berdasarkan mobilitas perdagangan darat antar wilayah. Sistem yang tercipta berkat pembangunan The Groste Postweg, karya monumental Daendels di Pulau Jawa yang abadi hingga saat ini.
           

Previous Post
Next Post

Penyuka Korea yang lagi berjuang meraih mimpi

4 comments:

  1. Tetep aja mas yg namanya penjajah itu sangat kejam, keji, dan sadis. Aplagi belanda yg 350 tahun menajajah indonesia.

    ReplyDelete
  2. Ini tulisanku pas SMA 6 tahun lalu wkwkwkwk mencoba memandang dari sisi yang berbeda aja

    ReplyDelete
  3. Tulisanmu ya bagus Jod. Dilanjutkan terus !!!!

    ReplyDelete

Silahkan Bacot