Balada
Pengkritisi
Pengkritisi, orang-orang yang jeli
dalam memandang permasalahan dan kebijakan penguasa. Apapun itu konteksnya.
Banyak yang mencibir bahwa pengkritisi adalah orang-orang pembangkan yang hanya
mampu bicara. Padahal pengkritik atau pengkritisi tidak akan bicara jika tidak
terjadi hal yang aneh, janggal dan menyimpang. Pengkritik selalu bicara saat
hal-hal seperti itu muncul dan berusaha mengingatkan penguasa bahwa hal yang
dilakukannya salah. Sikap menolak kritikan adalah sikap seorang otoriter.
Pengkritik amat dibutuhkan sebagai penyeimbang, sehingga penguasa memiliki kaca
untuk bercermin terkait apa yang telah ia lakukan. Penguasa harus mau dikritik
dan menerima kritik agar tidak terjadi kekuasaan absolute yang sewenang-wenang.
Penguasa yang baik adalah penguasa
yang mau menerima kritik. Ia menjadikan kritik sebagai koreksi diri agar tidak
salah dalam melangkah. Penguasa yang buruk adalah penguasa yang tidak mau
menerima kritik. Ini adalah cirri-ciri sikap otoriter. Dari zaman dahulu kala
hingga modern saat ini, nasib pengkritik selalu berbeda tergantung siapa
penguasanya. Jika penguasa baik akan menerima kritik sebagai bahan koreksi
diri. Namun jika penguasa jahat akan menganggap pengkritik sebagai pengganggu
dan akan memusnahkannya.
Terkadang ada penguasa yang tidak
mau menerima kritik dari pihak yang lemah dan tidak berkuasa. Contohnya :
manager tidak mau menerima kritik dari buruh atau pekerjanya, guru tidak mau
menerima kritik dari muridnya, majikan tidak mau mendengar kritik dari
pembantunya, presiden tidak mau menerima kritik dari rakyatnya. Hal seperti ini
terkadang bisa menjadi bom waktu yang berbahaya bagi si penguasa. Contohnya :
buruh pabrik mogok karena kritiknya tidak didengar manager, murid mogok belajar
karena kritik tidak didengar guru, pembantu pergi karena kritik tidak didengar
majikan, rakyat memberontak dan melakukan revolusi karena kritik tidak didengar
presiden.
Namun pengkritik juga dapat dihabisi
oleh seorang penguasa. Di zaman dahulu raja/kaisar akan memberangus pengkritik
yang berani mengkritiknya. Contoh : Kaisar Qinshihuang dari Dinasti Qin di Cina
membakar habis para sarjana konfusius yang mengkritiknya. Di zaman modern ini
penguasa dictator juga memberangus para pengkritik yang berani mengkritiknya.
Contohnya : Chen Guangcheng seorang aktivis pro-demokrasi di China yang berani
mengkritik rezim komunis ditangkap dan dipenjara tanpa diadili walaupun ia
mengalami kebutaan.
Namun pengkritik yang lemah
terkadang dapat menaklukkan penguasa lalim dengan menyatukan kekuatan seperti
di zaman abad pertengahan. Rakyat Perancis kelas rendah yang telah mengkritik
kaum borjuis Perancis namun justru direpresi menyatukan kekuatan dan
mengobarkan revolusi Perancis sehingga mengakibatkan Raja Louis XVI dan Ratu
Marie Antoinette dihukum di tiang guillotine karena menentang revolusi. Di
zaman modern hal yang sama juga terjadi di Tunisia dimana Mohamed Bouazizi
membakar dirinya hingga tewas sebagai bentuk kritik atas kesewenang-wenangan
aparat Tunisia yang menghancurkan lapak dagangan miliknya. Hal ini memicu
revolusi mawar yang menggulingkan dictator Tunisia Zin Abidin Ben Ali yang
korup dan represif, serta memicu pula gelombang arab springs yang menentang
pemimpin-pemimpin Arab yang dictator dan anti kritik.
Kesimpulan dari semua ini adalah
janganlah anti kritik dan terimalah kritik sebagai bahan koreksi diri. Kritik
terkadang diperlukan untuk menyeimbangkan keadaan. Karena semua hal yang absolute
itu tidak baik.
0 comments:
Silahkan Bacot