Monday, June 23, 2014

Balada Pengkritisi sebagai Tugas Project SMAN 10 Samarinda



Balada Pengkritisi
            Pengkritisi, orang-orang yang jeli dalam memandang permasalahan dan kebijakan penguasa. Apapun itu konteksnya. Banyak yang mencibir bahwa pengkritisi adalah orang-orang pembangkan yang hanya mampu bicara. Padahal pengkritik atau pengkritisi tidak akan bicara jika tidak terjadi hal yang aneh, janggal dan menyimpang. Pengkritik selalu bicara saat hal-hal seperti itu muncul dan berusaha mengingatkan penguasa bahwa hal yang dilakukannya salah. Sikap menolak kritikan adalah sikap seorang otoriter. Pengkritik amat dibutuhkan sebagai penyeimbang, sehingga penguasa memiliki kaca untuk bercermin terkait apa yang telah ia lakukan. Penguasa harus mau dikritik dan menerima kritik agar tidak terjadi kekuasaan absolute yang sewenang-wenang.

            Penguasa yang baik adalah penguasa yang mau menerima kritik. Ia menjadikan kritik sebagai koreksi diri agar tidak salah dalam melangkah. Penguasa yang buruk adalah penguasa yang tidak mau menerima kritik. Ini adalah cirri-ciri sikap otoriter. Dari zaman dahulu kala hingga modern saat ini, nasib pengkritik selalu berbeda tergantung siapa penguasanya. Jika penguasa baik akan menerima kritik sebagai bahan koreksi diri. Namun jika penguasa jahat akan menganggap pengkritik sebagai pengganggu dan akan memusnahkannya.
            Terkadang ada penguasa yang tidak mau menerima kritik dari pihak yang lemah dan tidak berkuasa. Contohnya : manager tidak mau menerima kritik dari buruh atau pekerjanya, guru tidak mau menerima kritik dari muridnya, majikan tidak mau mendengar kritik dari pembantunya, presiden tidak mau menerima kritik dari rakyatnya. Hal seperti ini terkadang bisa menjadi bom waktu yang berbahaya bagi si penguasa. Contohnya : buruh pabrik mogok karena kritiknya tidak didengar manager, murid mogok belajar karena kritik tidak didengar guru, pembantu pergi karena kritik tidak didengar majikan, rakyat memberontak dan melakukan revolusi karena kritik tidak didengar presiden.
            Namun pengkritik juga dapat dihabisi oleh seorang penguasa. Di zaman dahulu raja/kaisar akan memberangus pengkritik yang berani mengkritiknya. Contoh : Kaisar Qinshihuang dari Dinasti Qin di Cina membakar habis para sarjana konfusius yang mengkritiknya. Di zaman modern ini penguasa dictator juga memberangus para pengkritik yang berani mengkritiknya. Contohnya : Chen Guangcheng seorang aktivis pro-demokrasi di China yang berani mengkritik rezim komunis ditangkap dan dipenjara tanpa diadili walaupun ia mengalami kebutaan.
            Namun pengkritik yang lemah terkadang dapat menaklukkan penguasa lalim dengan menyatukan kekuatan seperti di zaman abad pertengahan. Rakyat Perancis kelas rendah yang telah mengkritik kaum borjuis Perancis namun justru direpresi menyatukan kekuatan dan mengobarkan revolusi Perancis sehingga mengakibatkan Raja Louis XVI dan Ratu Marie Antoinette dihukum di tiang guillotine karena menentang revolusi. Di zaman modern hal yang sama juga terjadi di Tunisia dimana Mohamed Bouazizi membakar dirinya hingga tewas sebagai bentuk kritik atas kesewenang-wenangan aparat Tunisia yang menghancurkan lapak dagangan miliknya. Hal ini memicu revolusi mawar yang menggulingkan dictator Tunisia Zin Abidin Ben Ali yang korup dan represif, serta memicu pula gelombang arab springs yang menentang pemimpin-pemimpin Arab yang dictator dan anti kritik.
            Kesimpulan dari semua ini adalah janganlah anti kritik dan terimalah kritik sebagai bahan koreksi diri. Kritik terkadang diperlukan untuk menyeimbangkan keadaan. Karena semua hal yang absolute itu tidak baik.
Previous Post
Next Post

Penyuka Korea yang lagi berjuang meraih mimpi

0 comments:

Silahkan Bacot