Wednesday, May 13, 2020

PENGALAMAN PULANG KAMPUNG YANG BUKAN MUDIK (SEBELUM PSBB)

PENGALAMAN PULANG KAMPUNG YANG BUKAN MUDIK

(SEBELUM PSBB)

            Sebenarnya tulisan ini sudah pengen ditulis sejak aku sampai di Nunukan sebulan yang lalu. Tapi karena ada masalah di laptop, gaya gravitasi yang kuat menarik untuk rebahan dan menderita penyakit kemageran akut akhirnya aku baru sempat menuangkan pengalaman perjalanan pulang kampung ku ke Nunukan saat pandemi covid-19 ini terjadi. Kebetulan aku ini melakukan pulang kampung jadi masih dibolehkan oleh pemerintah saat itu. Lagipula setelahnya kan yang dilarang adalah mudik jadi gak salah dong akunya wkwkkwkwk.

            Awalnya tidak kepikiran aku bakalan bisa pulang ke Nunukan karena info sebelumnya adikku yang lagi mondok di Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Pacet, Kabupaten Mojokerto gak bisa pulang dan akan tetap belajar di pondok dan dikarantina disana sampai lebaran nanti. Memang agak aneh sih karena pada saat itu pondok – pondok besar lain di Jawa Timur sudah pada memulangkan santrinya tapi pondok adikku malah ngambil keputusan begitu. Bahkan rencana yang lebih awal lagi kami sekeluarga akan berlebaran di Jawa lebih tepatnya di Banyuwangi yang akhirnya menjadi batal.

            Tapi secara mendadak pada tanggal 29 Maret 2020 pengasuh pondok pesantren adikku berubah pikiran dan akan memulangkan seluruh santrinya, menurut adikku sih itu pun setelah dibujuk oleh putra – putrinya akhirnya KH. Asep Saifudin Chalim selaku pengasuh mengizinkan santrinya kembali ke rumah. Malam itu juga orang tuaku memesankan tiket maskapai singa untuk tanggal 31 Maret 2020. Saat itu dapat harga tiket seharga 700 ribu dan itu termasuk murah karena sebelumnya saat aku ke Surabaya pada bulan November harga tiket mencapai 1,5 juta.

            Tanggal 30 Maret aku menjemput adikku di Bandara Juanda karena oleh pihak pondok memang diantarkan kesana khusus untuk santri luar Jawa. Saat tiba di bandara ternyata dipenuhi oleh santri dari berbagai pondok yang juga akan kembali ke daerah asalnya menggunakan pesawat. Setelah bertanya sama adikku ternyata sebelumnya ada edaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur bahwa mereka akan menutup Bandara Juanda pada 1 April untuk mencegah persebaran covid-19 sehingga memberi kesempatan pada perantau dari luar pulau untuk kembali ke daerah asal antara tanggal 29 – 31 Maret 2020. Info ini pun juga kudapat dari orang tuaku yang diberi tahu oleh temannnya yang bekerja di Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara karena sudah diedarkan ke seluruh Indonesia. Sayangnya hingga aku sampai di Nunukan pun Bandara Juanda tidak ditutup juga karena ternyata tidak diizinkan oleh pemerintah pusat.

            Tanggal 31 Maret akhirnya kami bisa pulang juga. Sempat ada insiden atm tertelan dan hampir saja kami tidak bisa pulang. Untungnya kami masih ada uang tunai yang cukup untuk digunakan dalam perjalanan pulang. Kami pulang menggunakan maskapai singa dan ternyata pesawatnya penuh hehehehe. Sebelumnya aku sempat bepergian menggunakan kereta ke Malang dan itu sepi sekali penumpangnya. Dalam perjalanan pulang ini kami mendapat kartu kewaspadaan kesehatan (health alert card) mulai dari Bandara Balikpapan hingga Bandara Tarakan. Jadi saat turun dari pesawat kita harus mengantri untuk mengisi kartu kewaspadaan itu lalu diserahkan ke petugas. Selain itu kami juga disemprot disinfektan bolak balik sehingga steril dari virus setiap turun dari pesawat.

                                                                                    

                                      Suasana parking stand Bandara Sepinggan Balikpapan

  Dari Tarakan kami meneruskan perjalanan menggunakan speedboat menuju ke Nunukan. Di Pelabuhan Tarakan juga dilakukan prosedur disinfektan terhadap penumpang dan saat kami tiba di Nunukan kami mendapat kartu kewaspadaan lagi. Selain itu kami juga harus menjalani prosedur karantina mandiri di rumah selama 14 hari.

            Memang sih prosedurnya ribet banget saat melakukan perjalanan dalam kondisi pandemi begini bahkan untuk kondisi terbaru prosedurnya semakin ribet lagi. Tapi itu tak masalah namanya juga untuk mencegah persebaran virus ini. Sayangnya saat itu moda transportasi yang kugunakan baik pesawat maupun speedboat dalam posisi penuh penumpang sehingga tidak ada penerapan social distancing. Bahkan saat tiba di Nunukan kondisinya ya seperti biasanya saat tidak ada pandemi. Bahkan hingga saat ini pasien positif covid-19 di Nunukan sudah mencapai 36 orang tetap saja semua orang beraktifitas seperti biasa walaupun tetap menggunakan masker dan rajin cuci tangan.

                                                                                

                                         Speedboat menuju Nunukan di Pelabuhan Tengkayu Tarakan

            Kunci agar kita segera terbebas dari pandemi ini adalah kedisiplinan masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan sehingga kita semua dapat mencegah persebaran wabah ini. Aku sendiri bersyukur bisa pulang sebelum ada larangan yang lebih ketat seperti sekarang ini. Memang pemerintah melarang kita bepergian tetapi bagi warga perantauan seperti aku ini sebagai mahasiswa tidak ada lagi yang bisa kami lakukan di rantau. Selain biaya hidup yang lumayan perbedaan KTP juga membedakan penaganan saat terjadi kondisi darurat di daerah rantau sehingga lebih aman bagi kami berada di daerah asal kami sesuai KTP ketimbang di perantauan. Banyak juga teman – temanku yang sedang kuliah di luar daerah ternyata juga sudah pulang ke Nunukan. Alasannya sama sih selain lebih aman tetap tinggal di daerah asal kami orang tua juga khawatir dalam kondisi sulit begini kami berada jauh di rantau.

            Akhirnya harapan kita semua sama yaitu agar semua ini segera berakhir dan kita dapat beraktivitas kembali. Aku pribadi kesulitan sekali dalam kondisi saat ini karena penyusunan skripsi dan laporan PKL ku terhambat karena pandemi ini. Semoga dalam kondisi pandemi yang sulit ini kita semua dapat melaluinya dan segala urusan kita dapat kita selesaikan dengan baik walaupun dalam keterbatasan. SEMANGAT SEMUANYA !!!!

                            Kartu kewaspadaan kesehatan dari Bandara Sepingga Balikpapan

                                Kartu kewaspadaan kesehatan dari Bandara Juwata Tarakan

                        Kartu kewaspadaan kesehatan dari Pelabuhan Liem Hie Jung Nunukan

Previous Post
Next Post

Penyuka Korea yang lagi berjuang meraih mimpi

0 comments:

Silahkan Bacot