PANEN PERDANA SARANG WALET DI TENGAH PANDEMI
Pandemi Covid-19 yang sedang mewabah saat ini memang berdampak ke segala sektor. Baik itu sektor kesehatan, sosial dan ekonomi. Tidak terkecuali dengan Kabupaten Nunukan. Sebagai wilayah perbatasan yang bergantung dengan negara tetangga dalam kegiatan perdagangan lintas batas jelas pandemi ini menggangu perekonomian. Sebagai daerah yang kebutuhan sembakonya dipenuhi dari negara tetangga Malaysia, kebijakan lockdown yang diterapkan di negeri Jiran cukup berdampak bagi pemenuhan kebutuhan pokok warga Nunukan. Barang yang datang tidak sebanyak biasanya sedangkan barang domestik sulit dan mahal utamanya tabung gas dan gula. Selain itu kebutuhan sayuran dll juga kebanyakan dipasok dari luar Nunukan sehingga kendala transportasi selama pandemi membuat harga naik seperti cabe dll.
Walaupun demikian kondisi di Nunukan tidak se dramatis di kota – kota lain di Indonesia. Perputaran ekonomi lokal berjalan seperti biasanya, suasana kota pun berjalan seperti sebelumnya. Selain itu produksi dan pengolahan komoditas unggulan juga berjalan lancar. Seperti dilaporkan media lokal Benuanta bahwa selama pandemi ini Nunukan masih dapat melakukan ekspor rumput laut dan produk sawit pada 3 dan 14 April dengan tujuan Korea dan Tiongkok.
Selain itu masih ada komoditas lain yang booming di wilayah Nunukan yaitu sarang walet. Aku pribadi baru mengenal walet dan sarangnya tahun kemarin saat diajak orang tua melihat sarang walet milik keluarga yang dibangun di wilayah daratan Kalimantan tepatnya di Kecamatan Siemanggaris. Memang beberapa tahun belakangan sarang walet banyak dibangun baik di Pulau Nunukan, Sebatik maupun di wilayah daratan Kalimantan. Perputaran yang dihasilkan pun mencapai miliaran per bulan. Harga sarang walet pun sangat kompetitif karena dikisaran 13 – 15 juta per kg.
Kebetulan minggu kemarin sarang walet kami melakukan panen perdana. Untuk panen perdana ini baru bisa menghasilkan 1 ons sarang dengan harga kisaran 1 juta an. Selama pandemi ini harga sarang walet memang mengalami penururan di kisaran 10 juta per kg jadi karena masih se ons ya disimpan dulu hehehe. Alhamdulillah setelah menunggu akhirnya kami bisa panen sarang waletnya. Setelah panen perdana ini ke depan sudah dapat dipanen mingguan tergantung sarangnya sudah kosong atau belum. Kira – kira masih ada 50 sarang lagi tetapi masih ada anakannya di sarang sehingga belum bisa dipanen. Sebelum masuk masa panen ini kami harus menuggu 3x siklus walet baru kurang lebih setahun baru bisa dipanen. Jika baru sekali siklus langsung panen belum tentu anak – anaknya mau bertelur lagi di tempat awal maka harus ditunggu 3x siklus.
Nunukan sendiri sangat mendukung sebagai habitat walet. Sebagai daerah pesisir dengan hutan dan perlebunan lebat menjadi tempat yang cocok untuk habitat walet. Sayangnya sarang walet dari Nunukan harus mengalami proses pembersihan dari bulu yang menempel di Jawa terlebih dahulu baru bisa di ekspor. Pasar ekspor produk walet Indonesia adalah Tiongkok. Kebanyakan sarang walet ini digunakan sebagai hidangan disana selain juga untuk pengobatan.
Dengan mulai panennya sarang walet ini semoga nantinya bisa dikembangkan lagi ke sektor – sektor lainnya. Yang lebih penting lagi jika kita mampu mengembangkan industri pemrosesan di Wilayah Nunukan sendiri sebelum di ekspor langsung akan lebih efisian dan menguntungkan karena dari sini agar harga jual menjadi kompetitif dan kita memotong rantai pasokan yang panjang. Ke depan bangunan sarang walet akan terus dikembangkan lagi selagi lahan masih banyak tersedia hehehe. SEMOGA KITA SEMUA SUKSES SELALU !!!!!
Sarang Walet yang masih kotor dengan bulu walet yang lengket. Harus dibersihkan dulu baru bisa dijualSarang Walet 1 ons cuman segitu banyaknya
0 comments:
Silahkan Bacot