Thursday, April 2, 2020

Experience : DARURAT COVID-19 DAN DAMPAKNYA BAGI MAHASISWA AKHIR


DARURAT COVID-19
DAN DAMPAKNYA BAGI MAHASISWA AKHIR
            Per 16 Maret kemarin sebagian pemerintah daerah sudah mulai meliburkan institusi pendidikan di wilayahnya akibat dari merebaknya virus Sars Cov-2 yang mengakibatkan penyakit Covid-19 di Indonesia. Bukan hanya sekolah” saja yang meliburkan kegiatan di kelas tetapi perguruan tinggi juga melakukan langkah yang sama. Meliburkan mungkin bukan kata yang pas lebih tepatnya memindahkan kegiatan belajar ke rumah alih” berkumpul di ruang kelas.

            Termasuk UPN “Veteran” Jawa Timur terhitung mulai tanggal 16 Maret – 27 Maret kegiatan perkuliahan maupun ujian berpindah menjadi daring atau online. Bukan cuman kuliahnya saja yang berubah menjadi online aktivitas bimbingan skripsi pun menjadi online. Aku sendiri sedang dalam tahap akhir bimbingan proposal skripsi bahkan sesuai jadwal harusnya ada bimbingan langsung tanggal 16 Maret kemarin. Namun akibat kebijakan kuliah dan pembelajaran daring ini bimbingan pun ikut lewat platform online. Memang tenaga pendidik dan staf kampus masih tetap masuk seperti biasa namun segala kegiatan mahasiswa ditiadakan hingga tanggal 27 nanti.
            Sebenarnya untuk bimbingan online memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya jelas hemat karena kita tidak perlu lagi ngeprint berbendel – bendel yang mana itu bakalan dicoret” dan perbaikannya akan kita print lagi dan seterusnya seperti itu hinga dinyatakan tidak ada revisi lagi. Kekurangannya adalah kita sulit memahami maksud dan keinginan dari dosen pembimbing. Terkadang saat bertatap muka langsung saja kita masih sering bingung apalagi jika cuman lewat email kita bisa salah persepsi menangkap maksud yang disampaikan dosen pembimbing.
            Untuk bimbingan online aku sudah punya pengalaman dan itu sangat menyakitkan ☹☹☹. Seperti kalian tahu tahun kemarin aku pulang ke Nunukan selama setengah tahun dan salah satu alasannya karena mengerjakan proposal skripsi karena objeknya saat itu juga ada di Nunukan. Daripada menunggu saat kembali ke Surabaya maka disarankan oleh dosen pembimbing saat itu mengirimkan proposal lewat email. Memang praktis ya dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja apalagi kalau ada revisi bisa dikerjakan di rumah. Maunya sih begitu nanti kembali ke Surabaya proposal sudah beres dan tinggal seminar proposal saja. Tapi ternyata kenyataan tak sesuai dengan rencana. Memang proses pengecekan berjalan cepat tapi kendala paling utama adalah komunikasi. Walaupun sudah ada teknologi bermacam” seperti WA dan lainnya tapi kesulitannya adalah susah memahami maksud apa yang beliau inginkan. Mungkin beliau tidak paham maksud kita dan kita juga gak ngerti keinginan dosen seperti apa. Apalagi dosen pembimbing ku juga termasuk tipe eksentrik dimana beliau tidak suka dichat WA pada jam sembarangan dan harus dipagi” sekali, beliau juga kurang suka mendiskusikan lewat telepon. Akhirnya intruksi revisi hanya dikirimkan lewat chat saja.
            Revisiannya kukerjakan sesuai arahan tapi ya namanya gak ketemu langsung jadinya susah. Dan terbukti saat akhirnya kembali ke Surabaya dan bimbingan langsung banyak beda persepsi karena asalnya gak ngerti maksudnya apa. Bahkan dampaknya proposal itu sampai ditolak dan akhirnya aku membuat proposal baru. Melihat tipikal pembimbing yang seperti itu aturan bimbingan online ini rasanya malah menghambat. Sejak aku mengirim email tanggal 17 Maret hingga saat ini masih belum ada hasil revisian atau minimal info apakah masih ada yang harus diperbaiki atau sudah cukup. Jika bimbingan langsung maka saat itu juga kita tahu mana yang harus diperbaiki dan bisa langsung kita kerjakan. Tapi jika kondisinya macam sekarang ini belum jelas kapan email itu dicek dan saat kita kroscek kapan selesainya beliau mengatakan masih sibuk hehehehe. Takutnya jika seperti ini maka seminar proposalku bisa molor dari target akhir Maret ini menjadi tidak dapat dipastikan.
            Aku berharap semuanya bisa segera normal dan kebijakan perkuliahan dapat berjalan seperti biasa lagi agar tidak ada kebuntuan” macam ini. Karena sebuah bimbingan tidak sesederhana yang kita kira dan ada banyak aspek yang harus diperhatikan seperti kesopanan dan tipikal dosen yang bersangkutan.
            Tapi optimis itu perlu dan aku masih optimis semuanya masih dapat berjalan sesuai dengan jadwal pribadi yang aku tetapkan. SEMANGAT untuk semua mahasiswa akhir. Tetap dikerjakan tugas akhirnya 😊😊😊
           
Previous Post
Next Post

Penyuka Korea yang lagi berjuang meraih mimpi

0 comments:

Silahkan Bacot