Catatan Libur UN Hutama M Anhar ( 3 )
Ikon
Wisata Jakarta : Antara Gemerlap dan Tak Terawat
Berkunjung ke Jakarta
tidak akan lengkap jika kita tidak mengunjungi ikon – ikon wisata Jakarta
seperti Monumen Nasional, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Ragunan, Masjid
Istiqlal dan masih banyak lagi tempat lainnya. Dalam kunjungan ke Jakarta
selama libur UN kemarin saya hanya mengunjungi 3 tempat wisata saja yaitu
Monumen Nasional, Masjid Istiqlal dan Ancol.
Cuaca pada tanggal 13
April cukup cerah sehingga kami memutuskan mengunjungi Monumen Nasional dan
Masjid Istiqlal. Seperti biasa perjalanan kami menuju Monumen Nasional dan
Masjid Istiqlal tersendat – sendat oleh macet. Namun menurut supir taksi yang
mengantar kami, kondisi macet ini masih biasa dan belum parah. Saya jadi bingung
perjalanan yang tiap beberapa kilometer tersendat macet selama 20 – 30 menit
itu dianggap biasa dan belum parah. Jadi ukuran parahnya seberapa kalo yang
biasa sudah seperti itu ?????? Sungguh tidak habis piker saya dengan kondisi
tersebut.
Cuaca memang tidak dapat
diprediksi, ramalan cuaca oleh BMKG pun tidak sepenuhnya dapat dipercaya karena
dapat meleset. Kondisi cuaca yang semula cerah mendadak berubah menjadi hujan
deras yang mengguyur Jakarta. Kondisi hujan deras mengakibatkan macet yang tadi
dianggap biasa menjadi “hampir” luar biasa. Lengkap sudah penderitaan yang
dialami pengguna jalan saat itu mulai dari terjebak macet dan diguyur hujan
deras. Kesabaranlah yang akhirnya harus diutamakan dalam kondisi seperti ini.
Akhirnya saya berdoa semoga warga Jakarta diliputi kesabaran menghadapi kondisi
seperti ini dan bersabar pula menunggu proyek anti macet Jokowi – Ahok rampung.
Saat tiba di Bundaran
Hotel Indonesia mendadak hujan berhenti seakan langit mendukung rencana kami
untuk berwisata mengelilingi Monas. Tiba di gerbang Monas dari arah kantor Bank
Indonesia pemandangan yang dapat kita lihat adalah betapa ruwetnya PKL Monas
ini. Ruwetnya PKL Monas ini mengurangi estetika dati Taman Mona situ sendiri.
Pantas saja wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok ) geram dengan PKL
di Monas ini dan mengancam siapa saja yang berbelanjan dari PKL di Monas akan
didenda Rp. 10 juta, namun tentu saja ancaman itu tak diindahkan oleh
pengunjung Monas.
Tiba di bawah Tugu Monas
ternyata antrian sudah sangat panjang untuk masuk ke Monas. Pengunjung hanya
bisa mengunjungi museum dan diorama di bawah Monas karena Monas akan dicuci.
HAH dicuci ?????????? Ya tentu saja Monas akan dicuci oleh perusahaan asal
Jerman dengan biaya “gratis”. Selain dicuci emas dipuncak Monas akan ditambah
sepuhan emas lagi. Hingga beberapa bulan ke depan puncak Monas akan ditutup
karena proses cuci mencuci ini.
Namun ada pula sisi tak terawatt
dari Monas. Banyak titik di Monas mulai amblas. Selain itu paving blok juga
sudah banyak yang hilang. Sampah berserakan dimana – mana karena minimnya
tempat sampah. Sungguh miris sekali padahal saat itu banyak turis asing yang
juga mengunjungi Monas. Semoga kekurangan ini dapat diperbaiki di kemudian
hari. Matahari telah sepenggalah naik tibalah waktu untuk shalat Zuhur. Pilihan
jatuh pada Masjid Istiqlal yang terletak beberapa ratus meter dari Monas. Cukup
berjalan kaki menuju ke Masjid Istiqlal yang terletak di Taman Wijayakusumah.
Hari itu pengunjung
sangat banyak disana, mereka berasal dari seluruh Indonesia dan mancanegara
menyempatkan shalat dan melihat masjid terbesar di Asia Tenggara ini. Salah
satu hal unik di Masjid Istiqlal adalah adanya polisi masjid yang betugas
membangunkan jamaah yang tertidur dan mengarahkan jamaah untuk tetap sesuai
syariah Islam di dalam masjid. Sisi tak terawatt dari Masjid Istiqlal adalah
banyaknya pengemis dan PKL di luar masjid mengurangi kenyamanan pengunjung
masjid. Selain itu Sungai Ciliwung yang melintas di kompleks masjid tampak
kotor dan bau sehingga tak sedap dipandang mata. Semoga ada penyelesaian untuk
masalah ini.
Selain mengunjungi dua
tempat tersebut, Ancol juga salah satu tempat yang saya kunjungi. Di Ancol saya
hanya mengunjung Seaworld Indonesia. Sebenarnya kawasan Ancol sangat luas,
namun sehari taklah cukup untuk mengelilingi Ancol. Ancol adalah proyek
ambisius Gubernur DKI Jakarta saat itu Bapak Ali Sadikin. Beliau menginginkan
Jakarta memiliki kawasan rekreasi yang lengkap. Maka didirikanlah PT.
Pembangunan Jaya (Tbk) oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta untuk membangun
kawasan yang dulunya rawa – rawa tersebut.
Saat ini Ancol telah
menjelma menjadi salah satu tempat hiburan terbesar dan dengan pengunjung
terbanyak di Asia Tenggara. Bapak Ali Sadikin pasti bangga proyek yang ia gagas
telah sukses besar. Namun sayangnya tiket masuk Ancol cukup mahal sehingga
hanya masyarakat menengah ke atas saja yang dapat menikmatinya.
Kesimpulannya adalah
kita harus menjaga dan merawat objek wisata di Indonesia termasuk Jakarta jika
ingin sukses menjadi negara wisata besar di dunia.
0 comments:
Silahkan Bacot