Friday, May 9, 2014

Catatan Libur UN Hutama M Anhar ( 3 )



Catatan Libur UN Hutama M Anhar ( 3 )
Ikon Wisata Jakarta : Antara Gemerlap dan Tak Terawat
                        Berkunjung ke Jakarta tidak akan lengkap jika kita tidak mengunjungi ikon – ikon wisata Jakarta seperti Monumen Nasional, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Ragunan, Masjid Istiqlal dan masih banyak lagi tempat lainnya. Dalam kunjungan ke Jakarta selama libur UN kemarin saya hanya mengunjungi 3 tempat wisata saja yaitu Monumen Nasional, Masjid Istiqlal dan Ancol.
                        Cuaca pada tanggal 13 April cukup cerah sehingga kami memutuskan mengunjungi Monumen Nasional dan Masjid Istiqlal. Seperti biasa perjalanan kami menuju Monumen Nasional dan Masjid Istiqlal tersendat – sendat oleh macet. Namun menurut supir taksi yang mengantar kami, kondisi macet ini masih biasa dan belum parah. Saya jadi bingung perjalanan yang tiap beberapa kilometer tersendat macet selama 20 – 30 menit itu dianggap biasa dan belum parah. Jadi ukuran parahnya seberapa kalo yang biasa sudah seperti itu ?????? Sungguh tidak habis piker saya dengan kondisi tersebut.
                        Cuaca memang tidak dapat diprediksi, ramalan cuaca oleh BMKG pun tidak sepenuhnya dapat dipercaya karena dapat meleset. Kondisi cuaca yang semula cerah mendadak berubah menjadi hujan deras yang mengguyur Jakarta. Kondisi hujan deras mengakibatkan macet yang tadi dianggap biasa menjadi “hampir” luar biasa. Lengkap sudah penderitaan yang dialami pengguna jalan saat itu mulai dari terjebak macet dan diguyur hujan deras. Kesabaranlah yang akhirnya harus diutamakan dalam kondisi seperti ini. Akhirnya saya berdoa semoga warga Jakarta diliputi kesabaran menghadapi kondisi seperti ini dan bersabar pula menunggu proyek anti macet Jokowi – Ahok rampung.

 

                        Saat tiba di Bundaran Hotel Indonesia mendadak hujan berhenti seakan langit mendukung rencana kami untuk berwisata mengelilingi Monas. Tiba di gerbang Monas dari arah kantor Bank Indonesia pemandangan yang dapat kita lihat adalah betapa ruwetnya PKL Monas ini. Ruwetnya PKL Monas ini mengurangi estetika dati Taman Mona situ sendiri. Pantas saja wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok ) geram dengan PKL di Monas ini dan mengancam siapa saja yang berbelanjan dari PKL di Monas akan didenda Rp. 10 juta, namun tentu saja ancaman itu tak diindahkan oleh pengunjung Monas.
                        Tiba di bawah Tugu Monas ternyata antrian sudah sangat panjang untuk masuk ke Monas. Pengunjung hanya bisa mengunjungi museum dan diorama di bawah Monas karena Monas akan dicuci. HAH dicuci ?????????? Ya tentu saja Monas akan dicuci oleh perusahaan asal Jerman dengan biaya “gratis”. Selain dicuci emas dipuncak Monas akan ditambah sepuhan emas lagi. Hingga beberapa bulan ke depan puncak Monas akan ditutup karena proses cuci mencuci ini.
                        Namun ada pula sisi tak terawatt dari Monas. Banyak titik di Monas mulai amblas. Selain itu paving blok juga sudah banyak yang hilang. Sampah berserakan dimana – mana karena minimnya tempat sampah. Sungguh miris sekali padahal saat itu banyak turis asing yang juga mengunjungi Monas. Semoga kekurangan ini dapat diperbaiki di kemudian hari. Matahari telah sepenggalah naik tibalah waktu untuk shalat Zuhur. Pilihan jatuh pada Masjid Istiqlal yang terletak beberapa ratus meter dari Monas. Cukup berjalan kaki menuju ke Masjid Istiqlal yang terletak di Taman Wijayakusumah.






                        Hari itu pengunjung sangat banyak disana, mereka berasal dari seluruh Indonesia dan mancanegara menyempatkan shalat dan melihat masjid terbesar di Asia Tenggara ini. Salah satu hal unik di Masjid Istiqlal adalah adanya polisi masjid yang betugas membangunkan jamaah yang tertidur dan mengarahkan jamaah untuk tetap sesuai syariah Islam di dalam masjid. Sisi tak terawatt dari Masjid Istiqlal adalah banyaknya pengemis dan PKL di luar masjid mengurangi kenyamanan pengunjung masjid. Selain itu Sungai Ciliwung yang melintas di kompleks masjid tampak kotor dan bau sehingga tak sedap dipandang mata. Semoga ada penyelesaian untuk masalah ini.











                        Selain mengunjungi dua tempat tersebut, Ancol juga salah satu tempat yang saya kunjungi. Di Ancol saya hanya mengunjung Seaworld Indonesia. Sebenarnya kawasan Ancol sangat luas, namun sehari taklah cukup untuk mengelilingi Ancol. Ancol adalah proyek ambisius Gubernur DKI Jakarta saat itu Bapak Ali Sadikin. Beliau menginginkan Jakarta memiliki kawasan rekreasi yang lengkap. Maka didirikanlah PT. Pembangunan Jaya (Tbk) oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta untuk membangun kawasan yang dulunya rawa – rawa tersebut.
                        Saat ini Ancol telah menjelma menjadi salah satu tempat hiburan terbesar dan dengan pengunjung terbanyak di Asia Tenggara. Bapak Ali Sadikin pasti bangga proyek yang ia gagas telah sukses besar. Namun sayangnya tiket masuk Ancol cukup mahal sehingga hanya masyarakat menengah ke atas saja yang dapat menikmatinya.
                        Kesimpulannya adalah kita harus menjaga dan merawat objek wisata di Indonesia termasuk Jakarta jika ingin sukses menjadi negara wisata besar di dunia.
Previous Post
Next Post

Penyuka Korea yang lagi berjuang meraih mimpi

0 comments:

Silahkan Bacot