Pemanfaatan
Peta Dalam Penanggulangan Bencana di Indonesia
Indonesia adalah negara
yang rawan dilanda bencana alam. Sebagai negara yang sering dilanda bencana
alam rencana mitigasi dan evakuasi jelas harus disiapkan sedemikian mungkin
sehingga dapat membantu proses rehabilitasi serta rekonstruksi pasca bencana.
Untuk itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah bekerjasama dengan
banyak instansi dalam rangka memetakan potensi bencana di Indonesia seperti
dengan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Badan
Geologi dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Pemerintah mulai
memetakan daerah rawan bencaa di Indonesia semenjak terjadinya gempa dan
tsunami di Aceh serta gempa di Yogyakarta. Dengan adanya peta – peta tersebut
dapat membantu pemerintah mengetahui daerah mana saja yang rawan terjadi
bencana baik bencana geologi maupun bencana iklim.
Peta yang digunakan
adalah peta tematik. Contoh peta tematik yang sudah ada terkait dengan bencana
seperti peta daerah rawan gempa Indonesia 2007, peta daerah rawan tsunami
Indonesia 2007, peta daerah rawan kebakaran hutan 2009 dan masih banyak peta
lain yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui daerah rawan bencana.
Peta tersebut juga dapat
digunakan oleh daerah untuk mempersiapkan diri sebelum bencana terjadi jika
daerahnya terletak di wilayah rawan bencana. Selain itu perlu dilakukan update
terus – menerus terhadap peta – peta tersebut untuk mendukung BNPB. Berkat
adanya peta tersebut pemerintah dapat membangun kawasan evakuasi, membangun
shelter atau membangun infrastruktur vital di wilayah yang tidak rawan bencana.
Salah satu contoh
infrastruktur vital yang rencananya akan dibangun adalah pembangkit listrik
tenaga nuklir (PLTN). Awalnya pemerintah berencana membangun PLTN di Jepara,
Jawa Tengah. Namun menurut peta daerah rawan bencana jika PLTN dibangun di
Jepara kemungkinan akan terdampak gempa dari selatan Jawa. Selain itu dengan
melihat peta daerah rawan bencana tersebut pemerintah memiliki alternatif untuk
membangun PLTN di Bangka Belitung atau Kalimantan yang relatif aman dari
bencana gempa bumi.
Peta rawan bencana juga
dapat digunakan pemerintah untuk mengedukasi dan mengajari masyarakat proses
evakuasi dari bencana alam. Salah satu contohnya adalah semenjak Aceh dan
Sumatera Barat masuk dalam peta daerah rawan bencana pemerintah daerah setempat
selalu mengadakan pelatihan terhadap masyarakat untuk evakuasi diri. Selain itu
siswa – siswi disana telah mulai diajari sejak dini agar mampu mengevakuai diri
dan memahami langkah – langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana.
Peta rawan bencana juga
harus terus diperbaharui karena masih banyak daerah yang belum diketahui
potensi bencananya. Salah satu contohnya adalah potensi bencana gempa dan
tsunami di Kabupaten Nunukan baru diketahui dan dipetakan oleh tim geologi TNI
dalam Ekspedisi Borneo 2012 lalu. Hal ini jelas menunjukkan betapa pentingnya
peta daerah rawan bencana bagi Indonesia.
Untuk saat ini lembaga
yang rutin melakukan pemetaan terhadap daerah rawan bencana adalah
Bakosurtanal. Namun saat ini Badan Geologi dan BMKG juga meluncurkan potensi
bencana. Badan Geologi Kementerian ESDM juga telah meluncurkan peta daerah
rawan bencana vulkanik dan post vulkanik. Lalu BMKG juga telah meluncurkan peta
daerah rawan kebakaran hutan, peta kawasan rawan banjir dan longsor serta peta
wilayah terdampak el-nino dan la-nina.
Dengan adanya peta –
peta tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah korban jiwa akibat kebakaran
karena pemerintah dapat melakukan persiapan terlebih dahulu berdasarkan peta
tersebut. Pemetaan harus terus dilakukan untuk melindungi bangsa dan negara ini
dari bencana alam serta untuk mengurangi korban jiwa baik harta bagi Bangsa
Indonesia.
NAMA
: HUTAMA MUHAMMAD ANHAR
KELAS : XII IPS
TUGAS : REMEDIAL GEOGRAFI
0 comments:
Silahkan Bacot